Black Widows

Istilah ini mulai terngiang lagi di kepala saya setelah saya baca artikel di Kompas.com tentang peledakan bom di stasiun Lubyanka, Moskwa.

KOMPAS.com"Black Widows". Sebutan itu muncul kembali setelah terjadi serangan pengebom bunuh diri di dua stasiun metro, kereta api bawah tanah di Moskwa, Senin lalu. Dua serangan itu dilakukan oleh dua perempuan.

Peledakan bom pertama di Stasiun Lubyanka, yang letaknya tidak jauh dari Lapangan Merah. Hanya membutuhkan waktu dua menit berjalan kaki dari Stasiun Lubyanka ke Lapangan Merah di jantung kota Moskwa.

Bom yang meledak di Stasiun Lubyanka menewaskan sekurang-kurangnya 25 orang. Bom kedua meledak 45 menit kemudian di Stasiun Park Kultury, yang letaknya tak jauh dari gedung kantor berita pemerintah, RIA-Novosti, dan kantor jaringan televisi satelit berbahasa Inggris, Russia Today. Sekurangnya 13 orang tewas di tempat itu.

Yang pertama-tama dituding oleh Pemerintah Rusia sebagai pelaku pengebom bunuh diri adalah orang-orang Chechnya. Dan, karena pelakunya adalah perempuan, segeralah tudingan itu diarahkan kepada "Black Widows", Janda-janda Hitam.


Tony Halpin, dalam tulisannya di Times, menyebutkan, sebutan "Black Widows" diambil dari pakaian yang mereka gunakan, gaun panjang warna hitam yang menutup seluruh tubuh. Biasanya di balik pakaian hitam itu diikatkan bahan peledak dan pecahan peluru meriam. Saat terjadi penyerangan teater Moscow Dubrovka (2002) dan penyanderaan 700 orang yang tengah menonton pertunjukan di teater itu, 19 dari 41 penyandera adalah "Janda-janda Hitam" ini.

Disebut widow (janda) karena mereka adalah para janda yang suaminya tewas dalam pertempuran melawan tentara Rusia di Chechnya. Namun, tidak semua yang disebut "Janda-janda Hitam" adalah mereka yang kehilangan suami, ada pula yang kehilangan saudara lelaki atau keluarga dekat.

Adalah Shamil Basayev, pemimpin kelompok bersenjata Chechnya, yang merekrut kaum perempuan untuk bergabung dalam perlawanan menghadapi tentara Rusia sejak 1994. Basayev tewas dalam pertempuran di Ingushetia pada 2006, membentuk "brigade martir" atau "brigade shakhidy" yang terdiri dari kaum perempuan.

Terlibatnya kaum perempuan dalam pertempuran terhitung aneh karena secara tradisional perempuan tidak dilibatkan dalam pertempuran antara pasukan Rusia dan Chechnya. Itulah sebabnya, tidak pernah terdengar cerita perempuan ikut bertempur.

Cerita tentang keterlibatan perempuan dalam pertempuran mulai terungkap pada Juni 2000. Ketika itu, dua perempuan Chechnya mengendarai sebuah truk yang dipenuhi bahan peledak menerjang kantor polisi. Salah seorang perempuan adalah Khava Barayeva, kerabat Movsar Barayev, pemimpin kelompok bersenjata Chechnya yang memimpin pendudukan gedung teater di Moskwa.

Dukacita karena ditinggal mati suami tercinta dan semangat balas dendam yang merasuki para janda berpendidikan rendah menjadi sasaran empuk para pencari "pejuang" untuk melawan Rusia. Mereka direkrut dan dilatih menjadi penyerang yang rela mengorbankan nyawa. Semua itu, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia, terjadi sebagai buah sepak terjang Rusia di Chechnya, yang dinilai bertindak brutal terhadap penduduk sipil.

Siapa pun yang melakukan pengeboman bunuh diri itu, tindakan mereka menerabas nilai-nilai kemanusiaan. Dengan tragedi Moskwa, dunia peradaban sekali lagi tertusuk gambar mengerikan terorisme. Teroris telah merampas jiwa-jiwa orang tak bersalah dan melukai banyak korban, sekaligus memperpanjang rantai balas dendam.

(http://internasional.kompas.com/read/2010/03/31/11023841/Aksi.Janda.janda.Hitam.di.Stasiun.Moskwa)


Saya jadi teringat lagi waktu dulu, pertama kali saya dengar istilah 'Black Widows' yaitu kira-kira zaman SMA. Di kota saya tidak jarang ditemui wanita-wanita yang memakai pakaian hitam yang menutupi seluruh tubuh, terkadang memakai cadar juga. Tentu saja itu karena kita tinggal di negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Banyak guru ngaji saya juga yang berpakaian seperti itu. Anak-anak kecil yang nakal di lingkungan rumah suka menyebut ibu-ibu guru saya itu dengan sebutan kurang ajar, 'ninja'. Dasar anak kecil tengil...

Ketika mendengar istilah 'Black Widows' itu, banyak teman-teman saya yang belum tahu apa artinya dan sejarahnya. Ketika saya kasih tau dan menggambarkannya, dasar anak-anak SMA yang ga kalah tengil, setiap mereka lihat figur seperti itu disebutnya lah 'Black Widows'. Kurang ajar memang... Ya mungkin itu salah saya juga, kasih tau anak-anak tengil. Saya suruh mereka berhenti karena itu sama sekali tidak sopan, tetap saja begitu. Sampai akhirnya suatu ketika, anak-anak tengil itu menyebut kata 'Black Widows' ketika melihat figur seorang wanita. Tak disangka, wanita itu menoleh dan menghampiri kami (sialnya saya sedang bersama mereka semua), dan kemudian menasihati kami sedemikian rupa panjangnya. Beliau bercerita tentang bagaimana nasib keluarga yang ditinggal akibat perang Chechnya, dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Saya cukup kaget ibu tersebut banyak tahu tentang hal tersebut. Ternyata beliau memiliki saudara jauh di sana, keluarga dari ipar suaminya atau entahlah siapa saya lupa, yang mengalami nasib serupa. Kami luar biasa tidak enak. Yah, kami memang tidak dimarahi, tapi diceramahi oleh orang yang tidak dikenal sambil ditunjuk-tunjuk di pinggir jalan dan ditonton tukang becak juga tidak mengenakkan... Akhirnya sejak saat itu, teman-teman tengil saya berhenti menyebut-nyebut lagi kata 'Black Widows'. Malah saya lihat setiap ada figur seperti ibu itu tempo hari, teman-teman saya agak menghindar dan cukup segan.

Itulah karenanya, kawan, untuk tidak bicara sembarangan. Menunjuk orang dan menyebutnya 'Black Widows' bukanlah hal yang bijak. Juga, hentikanlah bercanda atau menyebut orang dengan sebutan Autis, atau Cacat, atau meniru gerakan-gerakan seperti itu. That aint funny. Saya tidak munafik, mungkin saya pernah bercanda dengan menyinggung hal-hal seperti itu. Tapi sungguhlah saya sadar, karena kalau anda dihadapkan dengan hal yang sebenarnya, itu sama sekali tidak lucu...

So see ya, pals, on the next post. Hope this will inspire you.



xoxo



Comments