The dreamer said....

Blog saya yang pertama, yaitu the dreamer said.blogspot, akan segera saya hapus secepatnya... Ini adalah pos-pos dari blog saya itu, ngga banyak, dan juga ngga penting, seperti biasa... =b 2008, 02 June

Infidelity

Saya pernah berpikir apakah hubungan yang pernah diwarnai infidelity akan dapat berjalan seperti sebelumnya, atau infidelity adalah suatu hal yang haram dalam hubungan bagi siapapun dan tidak akan pernah bisa dimaklumi, untuk alasan apapun. Bagi sebagian besar orang-orang yang rasa loyalitasnya tinggi, pasti berpikir infidelity adalah hal yang tercela, yang ga bisa dimaafkan gitu saja. Begitu infidelity dilakukan, hilang sudah hubungan yang terjalin sebelumnya. Yang ada tinggal rasa tidak percaya dan paranoid, hal-hal yang membuat hubungan tidak akan pernah berjalan baik lagi. Kecuali dibayar dengan waktu dan rasa kepercayaan yang semakin membaik. Untuk yang belum jelas mengenai infidelity, saya mengutip maknanya dari wikipedia, Infidelity can be defined as any violation of the mutually agreed-upon rules or boundaries of a relationship, and is a breach of faith in an inter-personal relationship. Kalau dalam hubungan personal dua orang, bisa dibilang infidelity sama dengan unfaithfull, ketidaksetiaan, atau affair. Bisakah ini dimaklumi, atau bahkan dimengerti oleh orang-orang yang melihatnya. Kalau dibandingkan dengan berbohong atau lies, pasti ada istilah white lies, yang dibenarkan untuk sebagian orang. Apa tidak ada yang namanya white infidelity, yang tindakannya dilakukan untuk kebaikan orang ter-infidelity? Untuk orang yang terkadang susah menyatakan kebenaran, kejujuran kepada orang lain, berdiam diri mungkin salah satu solusinya. Terkadang mereka juga melakukan kebohongan untuk melindungi perasaan orang yang dibohonginya. Apa mungkin orang yang berbuat infidelity juga terkadang memiliki niat yang sama? Apa bisa infidelity dianalogikan dengan kebohongan dalam hal ini? Sebagian besar orang yang saya tanya menjawab tidak. Menurut mereka kejujuran adalah nomor satu, sesakit-sakitnya kejujuran tetaplah kejujuran, tidak akan lebih menyakitkan daripada kebohongan. Saya punya teman yang pernah melakukan infidelity dalam suatu hubungan, yang menurut saya bukanlah suatu infidelity. Sebagian orang bilang apa yang dia lakukan adalah infidelity, salah sama sekali. Tapi anehnya, mereka mengerti dan malah ada yang mendukungnya. Pendapat pribadi hanyalah pendapat pribadi, tidak untuk semua orang sama. Saya mengakui infidelity adalah tindakan yang salah, tapi kalau ini adalah satu-satunya cara (yang saat itu) dipikir paling benar untuk mencari kebenaran apakah patut dilakukan. Jika kedua belah pihak mengerti maksud dari infidelity yang dilakukan, akankah menghapus kesalahan dari infidelity itu sendiri? Kemudian bagaimana kalau infidelity sudah menjadi suatu pola dalam hubungan, dengan adanya infidelity hubungan yang terjadi justru makin membaik, apakah infidelity akan diputihkan? Saya belum mengalami hubungan yang rumit seperti itu (dan mudah-mudahan hubungan yang akan saya alami nanti simple-simple aja). Walaupun begitu sejauh pengalaman saya, sebaik-baiknya suatu infidelity ataupun seputih-putihnya kebohongan, tetap saja ini menyangkut perasaan manusia, perasaan yang dalam dan halus, yang akan terus merekam semua yang pernah dirasakan. Sebuah kebohongan, sebuah ketidaksetiaan, dalam hubungan apapun akan tetap menjadi sebuah duri dalam hati manusia, yang mungkin akan mudah dimaafkan tapi tidak untuk dilupakan. 2008, 23 June

Ivory Tower

Baru beberapa jam yang lalu saya selesai ujian akhir. Ujian mata kuliah yang satu ini adalah lisan, Teori Hubungan Internasional, yang langsung berhadapan dengan dosen penanya. Untuk jurusan saya, ujian lisan adalah hal yang harus dibiasakan, karena pasti akan selalu ada ujian lisan. Ditanya oleh beberapa dosen langsung depan mukanya. Yang pasti kelihatan disini adalah muka bego anak-anak yang ga bisa jawab. Saya rasa dosen-dosen enjoy this... lagian kelebihan dari ujian lisan adalah... well, sebagai mahasiswa susah juga saya melihat segi positive ujian lisan, walopun ada tapi kebanting dengan perasaan saya yang suka sial sama ujian lisan. Ujian lisan bener-bener butuh keberuntungan yang besar. Waktu ujian lisan pertama yang saya hadapi, ada teman saya yang pintar dan rajin masuk, ketika diberi pertanyaan, dia dapat pertanyaan yang bahkan orang-orang pun tidak tahu. well, nasib sangat berperan disini.... Ujian yang barusan ini, saya cukup tidak beruntung. Saya memang merasa kalau saya bukanlah orang yang punya luck besar, tapi saya juga merasa saya bukan orang yang sial. Segala yang saya dapat adalah hasil kerja keras saya. Tapi untuk kali ini, saya merasa sial, dan kurang wawasan. Pertanyaan yang saya dapat bukanlah dari buku-buku yang saya baca selama ini. Saya ditanya tentang "Kenapa menurut anda penteori HI selalu disebut berada di atas Ivory Tower?" Begitulah kira-kira pertanyaannya. Satu dua detik, mungkin wajah saya menampilkan tampang yang menarik simpati orang, dengan mulut ternganga. Saya tidak mengira akan diberi pertanyaan seperti itu. Akhirnya saya jawab seadanya, dengan pengetahuan yang sangat sangat terbatas mengenai Ivory Tower. Menurut pengertian kata-katanya, Ivory Tower adalah Menara Gading. Tapi apa menara Gading itu dan dimana, saya tidak tahu. Setelah saya cari-cari saya baru melihat Ivory Tower adalah ungkapan untuk menara yang sangat tinggi dan sangat bagus. Mungkin jawaban dari pertanyaan ini adalah karena penteori HI melihat dari tempat yang tinggi, maka ia tidak dapat menyampaikan teori-teorinya ke masyarakat atau orang-orang yang ada di bawah. Atau mungkin juga karena di ketinggiannya yang berbeda, sehingga pandangan dari orang-orang di bawah dan yang di atas menara berbeda. Ini adalah jawaban yang tadi saya jawab. Saya yakin sekali, kalau jawaban ini, kurang tepat. Well,, kalau ada pendapat yang berbeda, tolong sekali masukkannya ya... Saya butuh menambah wawasan saya yang masih sempit ini... Dan doakan untuk hasil ujian saya yang bagus,, Caow... 2008, 19 August

Life in Circle

Dalam hidup, terdapat suatu kebiasaan yang kadang kalau kita amati lebih jauh bisa menjadi suatu pola-pola hidup yang unik. Pola-pola itu terkadang menggambarkan bagaimana diri kita dalam kehidupan ini. Ada pola yang bisa dijelaskan, ada juga yang unexplainable. Misalnya saya pernah baca buku tentang seorang cewek, yang punya kebiasaan dalam membuat temu janji. Bila si cewek ini janji ketemu dengan sahabatnya, pasti cewek ini selalu telat dan sahabatnya selalu datang lebih awal. Bagaimanapun usaha dilakukan, seperti datang lebih awal, atau sahabatnya yang datang terlambat, pasti ada hal-hal yang buat cewek ini tetap saja datang lebih telat dari sahabatnya. Tapi kalau si cewek ini janji ketemu dengan ibunya, maka cewek ini selalu datang bersamaan dengan ibunya, atau si ibu yang terlambat datang, atau malah si ibu yang tidak datang sama sekali. Usaha apapun dilakuin cewek itu, misalnya berangkat terlambat dari waktu janji, tapi tetap saja polanya seperti itu, si ibu tidak pernah datang lebih dulu. Saya juga punya pola-pola hidup seperti itu dalam pergaulan. Kalau saya pikir-pikir, sejak saya di sekolah dasar sampai sekarang jadi mahasiswa, pergaulan saya mirip-mirip, bagaimanapun saya coba untuk mengubahnya. Waktu saya di sekolah dasar, saya punya teman baik 5 orang yang semuanya perempuan. Mirip dengan geng, kemana-mana bersama mereka. Memang saya juga punya teman lain selain mereka, tapi tetap mereka lah yang paling dekat dengan saya. Sehingga menjadi sebuah identitas jika ada saya, ada mereka, atau ada mereka, ya ada saya. Begitu juga waktu SMP. Awalnya saya hanya punya teman dekat, ga terlalu sahabat banget. Namun lama kelamaan, punya juga sahabat 3 orang. Kami selalu berempat kemana-mana, mirip-mirip dengan SD dulu kan? Sama juga pas SMA, awalnya hanya memiliki 2 sahabat (former sahabat waktu SMP), namun akhirnya jadi berlima lagi. Kali ini diperkuat karena kami membentuk band cewek, lumayan terkenal lho. =b Akhirnya saat ini, saya sudah punya 4 orang sahabat, dan kami berlima, bagaikan para sailor. Selalu ada membantu sailor yang lain ketika ada kesulitan. Pola-pola ini, bagaimanapun tetap terjadi disengaja atau tidak. Bagaikan hidup di dalam lingkaran, semua hal akan terjadi dan terjadi dan terus terjadi lagi. Jika tidak menyadari benar, maka akan terus terjadi tanpa makna. Namun saya sadar, saya butuh lebih dari satu orang untuk bisa membuat hidup saya nyaman. Mereka-mereka itu adalah my person, orang-orang yang bakal saya hubungi kalau saya ada kesulitan. Misalnya, kalau saya membunuh seseorang, ya mereka-mereka itulah yang akan saya hubungi pertama kali. Lihat contohnya di serial Gossip Girl, Serena punya teman-teman kaya Blair, Nate, Chuck, dimana dia bisa ngerasa aman sama mereka. Terus contoh lainnya di serial Grey's Anatomy, antara Meredith Grey dan Cristina Yang. Mungkin di kehidupan setelah saya tidak menjadi mahasiswa lagi, saya akan tetap menemui pola-pole pertemanan seperti itu. Tentu saya mencari perubahan, tapi mungkin, who knows, everything will be change, or everything will be the same, just like life in circle... 

Comments